Kamis, 07 Februari 2013

Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk Interaksi sosial


Bentuk2 interaksi sosial
1 ) Proses Assiatif
·         Kerjasama :  a. Kerjasama Spontan b. Kerjasama Langsung c.kerjasama kontrak d. Kerjasama Tradisional
Berdasarkan pelaksanaannya :
1.      Kerukunan
2.      Bergaining
3.      Kooptasi
4.      Koalisi
5.      Joint Venture

Kerjasama Spontan : Kerjasama yg terjadi Tanpa diperintahkan
Kerjasama Langsung : kerjasama yg terbentuk karena adanya perintah dari atasan
Kerjasama Kontrak : Kerjasama atas dasar perjanjian / Kontrak tertentu
Kerjasama tradisional : kerja sama sosial yg terbentuk karena bersifat tradisi / adat kebiasaan
Kerukunan : kerjasama Tradisional ex : Gotongroyong
Bergaining : Kerjasama kontrak
Kooptasi : Kerjasama dalam pelaksanaan politik
KoaLISI : penyatuan 2 kelompok / lebih yg memiliki tujuan sama
Joint venture : kerjasama dalam pengumpulan modal usaha / kerjasama dalam melakukan proyek tertentu

Akomodasi sosial : Proses meredakan suatu pertentangan untuk mencapai keadaan yang stabil
·         Pemaksaan ( caorsion )
·         Kompromi
·         Arbitrasi
·         Mediasi
·         Konsiliasi
·         Stalemate
·         Toleransi
·         Ajudifikasi
·         Segresi
·         Eliminasi
·         Kepututusan mayoritas
·         Genjatan senjata

Asimilasi sosial
Akulturasi Sosial

Dari pembahasan sebelumnya, kita dapat menyimpulkan bahwa ada berbagai bentuk interaksi sosial. Gillin menyebutkan dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif/bersekutu {processes of association) dan proses disosiatif/memisahkan (processes of dissociation). Proses asosiatif merupakan proses menuju terbentuknya persatuan atau integrasi sosial. Proses disosiatif sering disebut juga sebagai proses oposisi (oppositional process) yang berarti cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.

A. Interaksi Sosial yang Bersifat Asosiatif
Proses asosiatif mempunyai bentuk-bentuk, antara lain kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
1. Kerja sama (cooperation)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antarindividu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama timbul apabila orang menyadari memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, serta menyadari bahwa hal tersebut bermanfaat bagi dirinya atau orang lain. Kerja sama timbul karena orientasi individu terhadap kelompoknya (in group) dan orientasi individu terhadap kelompok lainnya (out group). Menurut Charles H. Cooley, kerja sama timbul apabila seseorang menyadari dirinya mempunyai kepentingan yang sama dengan orang lain. Selain itu, pada saat yang sama ia memiliki pengetahuan dan pengendalian terhadap dirinya sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran tentang adanya kepentingan yang sama dan pengorganisasian diri merupakan hal penting dalam kerja sama.
Kerja sama dapat bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam. Selain itu, kerja sama juga dapat bertambah kuat jika ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang telah tertanam dalam kelompok, dalam diri seseorang, atau segolongan orang. Contohnya, kerja sama antarprajurit dalam satu kesatuan dapat terjalin ketika menghadapi musuh di dalam sebuah medan pertempuran.
Proses sosial yang erat kaitannya dengan kerja sama adalah konsensus. Konsensus hanya mungkin terjadi bila dua pihak atau lebih yang ingin memelihara suatu hubungan dan masing-masing memandang hubungan tersebut sebagai kepentingan sendiri. Keputusan untuk mengadakan konsensus timbul apabila anggota kelompok memiliki perbedaan pendapat. Dalam konsensus, pertentangan kepentingan terlihat nyata, tetapi tidak sebesar dalam konflik.
Berdasarkan pelaksanaannya, kerja sama memiliki lima bentuk.
1.    Kerukunan atau gotong royong.
2.    Bargaining yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang atau jasa antara dua organisasi atau lebih.
3. kooptasi yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dan pelaksanaan politik organisasi sebagai satu-satunya cara untuk menghindari konflik yang bisa mengguncang organisasi.
4.    Koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil sebab kedua organisasi memiliki struktur tersendiri.
5.    Joint-venture yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak dan perhotelan.
Selain itu, beberapa ahli juga membagi kerja sama dalam beberapa bentuk berikut.
1.    Kerja sama spontaji (kerja sama serta-merta).
2.    Kerja sama langsung (hasil dari perintah atasan atau penguasa).
3.    Kerja sama kontrak (kerja sama atas dasar tertentu).
4.    Kerja sama tradisional (kerja sama sebagai bagian antaraunsur dalam sistem sosial.)
2. Akomodasi (accomodation)
Akomodasi memiliki dua makna, yaitu sebagai keadaan dan proses. Akomodasi sebagai keadaan mengacu pada keseimbangan interaksi antarindividu atau antarkelompok yang berkaitan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Akomodasi sebagai sebuah proses mengacu pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suat. pertentangan agar tercipta keseimbangan.
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan lawan. Tujuan Akomodasi berbeda-beda, tergantung pada situasi yang dihadapi.
Beberapa tujuan akomodasi adalah sebagai berikut.
1.      Untuk menghasilkan sintesis atau titik temu antara dua atau beberapa pendapat yang berbeda agar menghasilkan suatu pola baru.
2.    Mencegah terjadinya pertentangan untuk sementara waktu.
3.     Berusaha mengadakan kerja sama antarkelompok sosial yang terpisah akibat faktor sosial dan psikologis atau kebudayaan. Misalnya, kerja sama antarindividu yang berbeda kasta.
4.    Mengusahakan peleburan antarkelompok sosial yang terpisah, misalnya, melalui perkawinan.
Akomodasi sebagai sebuah proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.
1.   Koersi (coercion), yaitu bentuk akomodasi yang prosesnya melalui paksaan secara fisik maupun psikologis. Dalam koersi, salah satu pihak berada dalam posisi yang lemah. Misalnya, dalam sistem perbudakan atau penjajahan.
2.    Kompromi (compromise), yaitu bentuk akomodasi di mana pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian. Contoh, perjanjian antarnegara tentang batas wilayah perairan.
3.    Arbitrasi (arbitration), yaitu cara untuk mencapai sebuah kompromi melalui pihak ketiga, sebab pihak-pihak yang bertikai tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Pihak ketiga ini dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang berwewenang. Contoh, masalah antara karyawan dan perusahaan tentang gaji. Masalah ini bisa diatasi dengan meminta bantuan pemerintah yang kemudian menetapkan upah minimum.
4.    Mediasi (mediation) hampir mirip dengan arbitrasi, hanya saja pihak ketiganya netral. Kedudukan pihak ketiga hanya sebagai penasihat yang mengusahakan jalan damai, tetapi tidak memiliki wewenang dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah.
5.    Konsiliasi (conciliation), yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak yang bertikai untuk mencapai suatu kesepakatan. Contoh, mempertemukan wakil buruh, perusahaan, dan jamsostek untuk saling mengungkapkan keinginan dan mencapai kesepakatan.
6.    Toleransi (tolerance), yaitu bentuk akomodasi yang terjadinya tanpa persetujuan yang sifatnya formal. Kadang-kadang, toleransi timbul secara tidak sadar dan spontan akibat reaksi alamiah individu atau kelompok yang ingin menghindari perselisihan. Contoh, pada bulan puasa, umat yang tidak berpuasa tidak makan di sembarang tempat. Selain itu, ketika suatu kelompok umat beragama sedang beribadah, umat beragama yang lain tidak membuat keributan.
7.    Stalemate, terjadi ketika pihak-pihak yang bertikai memiliki kekuatan yang seimbang hingga pada akhirnya pertikaian tersebut berhenti pada titik tertentu. Misalnya, ketegangan Korea Utara dan Korea Selatan di bidang senjata nuklir.
8.    Ajudikasi (adjudication), yaitu cara menyelesaikan masalah melalui pengadilan.
9.    Segregasi (segregation), yaitu masing-masing pihak memisahkan diri dan saling menghindar dalam rangka mengurangi ketegangan.
10.    Eliminasi (elimination), yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik karena mengalah.
11.    Subjugation atau domination, yaitu pihak yang mempunyai kekuatan besar untuk meminta pihak lain menaatinya.
12.    Keputusan mayoritas (majority rule), yaitu keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak dalam voting.
13.    Minority consent, yaitu golongan minoritas yang tidak merasa dikalahkan tetapi dapat melakukan kegiatan bersama.
14.    Konversi, yaitu penyelesaian konflik di mana salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
15.    Gencatan senjata (cease jire), yaitu penangguhan permusuhan dalam jangka waktu tertentu.

3. Asimilasi (assimilation)
Asimilasi merupakan usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Menurut Koentjaraningrat, proses asimiliasi akan timbul jika ada kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan kebudayaan. Kemudian, individu-individu dalam kelompok tersebut saling berinteraksi secara langsung dan terus menerus dalam jangka waktu lama, sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan saling menyesuaikan diri.
Dalam asimilasi terjadi proses identifikasi diri dengan kepentingan-kepentingan dan tujuan kelompok. Apabila dua kelompok atau dua orang melakukan asimilasi, maka batas-batas antarkelompok akan hilang dan keduanya melebur menjadi satu kelompok yang baru.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut.
1.    Sikap toleransi.
2.    Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi (tiap-tiap individu mendapat kesempatan yang sama untuk mencapai kedudukan tertentu atas dasar kemampuan dan jasanya).
3.    Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
4.    Sikap terbuka dari golongan penguasa dalam masyarakat.
5.    Persamaan dalam unsur kebudayaan.
6.    Perkawinan campuran (amalgamasi).
7.    Adanya musuh bersama dari luar.
Sebaliknya, faktor-faktor yang menjadi penghalang terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut. :
1. Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat. Contoh, orang Indian di Amerika Serikat yang diharuskan bertempat tinggal di wilayah-wilayah tertentu (reservation).
2. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
3. Adanya perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.
4. Adanya perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi
daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
5. Adanya perbedaan warna kulit atau ciri-ciri badaniah.
6. Adanya in group feeling yang kuat. Artinya, ada suatu perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
7. Adanya gangguan golongan minoritas terhadap golongan yang berkuasa. Contoh, perlakuan kasar terhadap orang-orang Jepang yang tinggal di Amerika Serikat sesudah pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat Pearl Harbor diserang secara mendadak oleh tentara Jepang pada tahun 1941.
8.  Adanya perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan
pribadi.

4. Akulturasi (aculturatiori)
Akulturasi adalah berpadunya dua kebudayaan yang berbeda dan membentuk suatu kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan ciri kepribadian masing-masing. Contoh akulturasi adalah Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan India dan kebudayaan Indonesia. Demikian juga musik keroncong yang merupakan perpaduan antara musik Portugis dan musik Indonesia. Proses akulturasi dapat kita gambarkan seperti dalam bagan berikut.
Proses akulturasi dapat berjalan sangat cepat atau lambat, tergantung persepsi masyarakat setempat terhadap budaya asing yang masuk. Apabila budaya asing itu masuk melalui proses pemaksaan, maka akulturasi memakan waktu relatif lama. Sebaliknya, apabila budaya asing itu masuk melalui proses damai, akulturasi akan terjadi secara cepat.

B. Interaksi Sosial yang Bersifat Disosiatif
Proses disosiatif atau oposisi dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu persaingan, kontravensi, dan pertentangan.
1. Persaingan (competition)
Persaingan adalah perjuangan berbagai pihak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Persaingan mempunyai dua tipe, yaitu yang bersifat pribadi dan bersifat non pribadi. Tipe yang bersifat pribadi disebut juga dengan rivalry (persaingan). Dalam rivalry, individu akan bersaing secara langsung, misalnya persaingan anggota untuk memperoleh kedudukan tertentu dalam sebuah organisasi.
Dalam tipe yang bersifat non pribadi, yang bersaing bukan individu-individu, melainkan kelompok. Contoh persaingan non pribadi adalah persaingan antara dua partai berbeda dalam merebut simpati rakyat, atau persaingan dua kesebelasan sepak bola berebut kemenangan untuk maju ke babak berikutnya.
Tipe-tipe tersebut menghasilkan beberapa bentuk persaingan. Di antaranya persaingan di bidang ekonomi, politik, persaingan untuk mencapai suatu kedudukan dan menjaga gengsi, serta persaingan ras.
Salah satu ciri dari persaingan adalah perjuangan yang dilakukan secara damai, sportif, atau fair play. Artinya, persaingan selalu menjunjung tinggi batas-batas yang diharuskan. Mereka bersaing tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Oleh karena itu, persaingan sangat baik untuk meningkatkan prestasi seseorang.

2. Kontravensi (contravention)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai oleh adanya ketidakpuasan dan ketidakpastian mengenai diri seseorang, rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, atau kebencian dan keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi cenderung bersifat rahasia. Perang dingin merupakan salah satu contoh kontravensi karena tujuannya membuat lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal ini, lawan tidak diserang secara fisik tetapi secara psikologis. Sikap tersembunyi seperti ini dapat berubah menjadi pertentangan atau pertikaian. Wujudnya dapat berupa protes, mengacaukan pihak lain, memfitnah, memaki-maki melalui surat selebaran, agitasi, subversi, dan Iain-lain. Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, kontravensi memiliki lima bentuk berikut.
l.  Umum, misalnya penolakan, keengganan, perlawanan, protes, perbuatan menghalang-halangi, melakukan kekerasan, atau mengacaukan rencana pihak lain.
2. Sederhana, misalnya menyangkal pernyataan orang di muka umum, memaki melalui surat selebaran, atau mencerca.
3. Intensif, misalnya penghasutan atau menyebarkan desas-desus.
4. Rahasia, misalnya mengumumkan rahasia lawan atau berkhianat.
5. Taktis, misalnya mengejutkan lawan, membingungkan pihak lawan, provokasi, atau intimidasi.
3. Pertentangan atau Konflik (conflict)
Pertentangan atau konflik adalah suatu perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan. Biasanya, konflik disertai dengan ancaman atau kekerasan. Konflik terjadi karena adanya perbedaan pendapat, perasaan individu, kebudayaan, kepentingan baik kepentingan individu maupun kelompok, dan terjadinya perubahan-perubahan sosial yang cepat yang menimbulkan disorganisasi sosial. Perbedaan-perbedaan ini akan memuncak menjadi pertentangan karena ieinginan-keinginan individu tidak dapat diakomodasikan. Akibatnya, tiap individu atau kelompok berusaha menghancurkan lawan dengan ancaman atau kekerasan.
Dalam pertentangan, hal yang paling banyak berperan adalah perasaan. Perasaan dapat mempertajam perbedaan tersebut sehingga masing-masing pihak berusaha saling menghancurkan. Contoh perasaan yang menimbulkan konflik adalah benci, sentimen, dan iri.
Pertentangan tidak selalu bersifat negatif. Pertentangan juga dapat menjadi alat untuk menyesuaikan norma-norma yang telah ada dengan kondisi baru yang sesuai dengan perkembangan masyarakat. Pertentangan dapat pula menghasilkan suatu kerja sama karena masing-masing pihak kemudian dapat saling introspeksi untuk mengadakan perbaikan-perbaikan. Contoh dampak positif pertentangan adalah perombakan aturan-aturan yang mengekang hak politik warga negara pada masa Orde Baru.
Pertentangan mempunyai bentuk-bentuk khusus. Di antaranya sebagai berikut.
1.    Pertentangan pribadi. Ada individu-individu yang sejak mereka mulai berkenalan sudah tidak saling menyukai. Awal yang buruk ini jika dikembangkan akan menimbulkan kebencian. Masing-masing pihak akan berusaha menghancurkan pihak lawan.
2.    Pertentangan rasial. Sumber pertentangan tidak hanya terletak pada perbedaan ciri-ciri fisik, tetapi juga oleh kepentingan kebudayaan. Keadaan menjadi bertambah buruk jika salah satu ras merupakan golongan mayoritas.
3.    Pertentangan antarkelas sosial. Pertentangan ini terjadi karena adanya perbedaan kepentingan, seperti perbedaan kepentingan antara majikan dan buruh.
4.    Pertentangan politik. Pertentangan ini biasanya menyangkut antargolongan dalam masyarakat juga antara negara-negara berdaulat. Contoh, pertentangan yang terjadi antarpartai politik menjelang pemilu atau pertentangan antarnegara.
5.    Pertentangan yang bersifat internasional. Pertentangan ini disebabkan oleh kepentingan yang lebih luas serta menyangkut
Related posts:
1.     Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Setidaknya ada dua macam bentuk interaksi sosial sebagai wujud proses...
2.     Pengertian dan Syarat Interaksi Sosial Pengertian Interaksi Sosial Dalam Ramus Besar Bahasa Indonesia, interaksi didefinisikan...
3.     FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INTERAKSI SOSIAL Kita telah membahas pengertian dan syarat terjadinya interaksi sosial. Mungkin...
4.     Landasan, Bentuk, Asas dan Tujuan mengemukakan pendapat Landasan Hukum Mengemukakan Pendapat Pelaksanaan kemerdekaan mengemukakan pendapat di Indonesia...
5.     Pengertian dan langkah-langkah penelitian sosial budaya Pengertian Penelitian Sosial Penelitian sosial adalah penelitian yang mengkaji dan...

Laporan Hasil Kunjungan ke Benteng Vredeburg




LAPORAN HASIL KUNJUNGAN

Nama acara             : kunjungan ke Museum Benteng Vredeburg
Isi Laporan              :
·         SEJARAH BENTENG VREDEBURG:
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengat lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri Raja-raja Jawa pada waktu itu. Orang Belanda yang berperan penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti adalah Nicolaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa (Gouveurneur en Directuer van Javas noordkust) sejak bulan Maret 1754.

 Pada hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk membelah Kerajaan Mataram menjadi dua bagian, yaitu Kasuhunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Selanjutnya Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alogo Abdul Rachman Sayidin Panata Gama Khalifatullah I. Sedangkan Kasuhunan Surakarta diperintah oleh Paku Buwono III.
Langkah pertama yang diambil oleh Sri Sultan HB I adalah segera memerintahkan membangun kraton. Dengan titah tersebut segera dibuka hutan beringin dimana ditempat tersebut sudah terdapat dusun Pacetokan. Sri Sultan HB I mengumumkan bahwa wilayah yang menjadi daerah kekuasaannya tersebut diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta.
Selain sebagai Panglima Perang yang tangguh Sri Sultan HB I adalah juga seorang ahli bangunan yang hebat.

 Kraton Kasultanan Yogyakarta pertama dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755 dan pada hari Kamis Pahing 7 Oktober 1756 meski belum selesai secara sempurna Sultan dan keluarganya berkenan untuk menempatinya.
Setelah Kraton mulai ditempati kemudian beridiri pula bangunan-bangunan pendukung lainnya, misalnya bangunan kediaman Sultan dan kerabat dekatnya dinamakan Prabayeksa, selesai dibangun tahun 1756. Bangunan Sitihinggil dan Pagelaran yang selesai pada tahun 1757. Gapura penghubung Dana Pertapa dan Kemagangan selesai pada tahun 1761 dan 1762. Masjid Agung didirikan pada tahun 1771. Benteng besar yang mengelilingi kraton selesai pada tahun 1777. Dan akhirnya Bangsal Kencana selesai pada tahun 1792.
Melihat kemajuan yang sangat pesat akan pembangunan kraton yang didirikan Sri Sultan HB I menimbulkan rasa kekhawatiran pada pihak Belanda sehingga diajukanlah usul untuk membangun sebuah benteng disekitar wilayah kraton. Dalih yang digunakan adalah agar Belanda dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi maksud sesungguhnya Belanda adalah untuk memudahkan melakukan kontrol perkembangan yang terjadi di kraton. Hal ini bisa dilihat dari letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya menghadap ke jalan utama menuju kraton merupakan indikasi utama bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa beridirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda. Besarnya kekuatan dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda termasuk Sri Sultan HB I, oleh karena itu usulan pembangunan benteng dikabulkan.
Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang, pada tahun 1760, atas permintaan Belanda, Sri Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut sebagai seleka atau bastion yang menyerupai bentuk kura-kura dengan keempat kakinya. Oleh Sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jayawisesa (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaning (sudut barat daya) dan Jayaprayitna (sudut tenggara).

Menurut Nicolas Harting, benteng tersebut keadaannya masih sangat sederhana. Temboknya terbuat dari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren, sedangkan bangunan didalamnya terdiri atas bambu dan kaui dengan atap ilalang.
Ketika Nicolas Harting digantikan oleh W.H Ossenberch pada tahun 1765, diusulkan kepada Sultan agar benteng diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih menjamin keamanan. Usul tersebut dikabulkan dan selanjutnya pembangunan benteng dikerjakan dibawah pengawasan seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir. Frans Haak. Tahun 1767 pembangunan benteng dimulai. Konstruksi-nya menggunakan semen merah, gamping, pasir dan batu bata. Menurut rencana pembangunannya akan selesai pada tahun itu juga tetapi pada kenyataannya proses pembangunan berjalan sangat lambat dan baru selesai pada tahun 1787, hal ini karena pada masa tersebut Sultan juga sedang giat-giatnya melakukan pembangunan Kraton Yogyakarta sehingga bahan dan tenaga yang dijanjikan lebih banyak teralokasi untuk pembangunan kraton. Setelah selesai bangunan benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi nama Benteng Rustenburg yang berarti Benteng Peristirahatan.
Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga banyak merubuhkan bangunan-bangunan antara lain Gedung Residen, Tugu Pal Putih dan Benteng Rustenburg serta bangunan-bangunan lain. Seluruh bangunan-bangunan tersebut segera dibangun kembali. Untuk Benteng Rustenburg segera diadakan pembenahan di beberapa bagian bangunan yang rusak. Setelah selesai dibangun kembali, nama Benteng Rustenburg berganti menjadi Benteng Vredeburg yang artinya Benteng Perdamaian. Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dan Belanda yang tidak saling menyerang pada waktu itu.

Bentuk benteng tetap seperti awal dibangun, yaitu bujur sangkar. Pada keempat sudutnya dibangun ruang penjagaan yang disebut seleka atau bastion. Pintu gerbang benteng menghadap ke barat dengan dikelilingi oleh parit. Didalamnya terdapat bangunan-bangunan seperti rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit dan rumah residen. Penghuni benteng sendiri pada waktu itu mencapai 500 orang prajurit termasuk petugas medis dan para medis.

Pada masa pemerintahan Belanda, benteng ini juga memiliki fungsi sebagai tempat perlindungan para residen yang sedang bertugas di Yogyakarta karena kantor residen letaknya berseberangan dengan letak Benteng Vredeburg.
Seiring dengan perkembangan politik di Indonesia maka status kepemilikan Benteng Vredeburg juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada awal berdirinya benteng ini adalah milik Kraton walaupun dalam penggunaannya dihibahkan kepada Belanda (VOC). Kebangkrutan VOC pada periode 1788-1799 menyebabkan penguasaan benteng diambil alih oleh Bataafsche Republic (Pemerintah Belanda) dibawah Gubernur Van Den Burg sampai ke pemerintahan Gubernur Daendels. Ketika Inggris berkuasa maka benteng dibawah penguasaan Gubernur Jenderal Raffles. Status benteng sempat kembali ke pemerintahan Belanda sampai menyerahnya Belanda kepada Jepang di bulan Maret 1942.
Pada tanggal 9 Agustus 1980 dengan persetujuan Sri Sultan HB IX Benteng Vredeburg dijadikan sebagai Pusat Informasi dan Pengembangan Budaya Nusantara dan pada tanggal 16 April 1985 dilakukan pemugaran untuk dijadikan Museum Perjuangan. Museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1987. Tanggap 23 November 1992 Benteng Vredeburg resmi menjadi Museum Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg.
Benteng Vredeburg sebagai salah satu bangunan kolonial bergaya Indis


Bangunan sebagai bentuk aspirasi dari pembuatnya memiliki berbagai macam hal yang ingin disampaikan. Hal-hal tersebut biasanya adalah fungsi dari bangunan, status pemakainya, serta etnisitas pemakai. Dari hal-hal tersebut maka akan terlihat bahwa sebenarnya bangunan itu juga mencerminkan diri pembuat dan pemakainya.
Benteng Vredeburg sebagai salah satu bangunan masa kolonial Belanda juga mengadopsi teknik pembuatan bangunan indis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk bangunan-bangunan yang ada di dalamnya, seperti pada gedung Pengapit Utara dan Selatan. Bangunan yang semula diperkirakan digunakan sebagai kantor administrasi ini dibangun dengan memperhatikan penyesuaian terhadap keadaan lingkungan Indonesia, yaitu berkaitan dengan iklim tropis khatulistiwa dan pemanfaatan bahan bangunan setempat. Bentuk bangunan yang dibuat tinggi juga berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara.
·         BANGUNAN
Sesuai dengan awal bahwa benteng Vredeburg dibangun untuk dijadikan sebuah benteng pertahanan. Sehingga dalam perkembangannya pun bangunan-bangunan pedukung yang didirikan bertolak dari konsep sebagai pertahanan . Hal itu dapat dilihat dari beberapa bangunan yang masih dapat dijumpai sekarang , antara lain :
Selokan atau Parit,  Parit atau selokan ini dibuat dengan maksud rintangan paling luar terhadap serangan musuh. Parit dibuat di sekeliling benteng dengan perhitungan bahwa musuh akan datang dari segala arah. Tetapi perkembangan selanjutnya, ketika sistem kemiliteran telah mengalami kemajuan, parit sebagai sarana pertahanan sudah tidak urgen lagi. Bahkan untuk tahun-tahun berikut parit hanya berfungsi sebagai sarana drainage (pembuangan) saja. Untuk memberikan kesan kepada masyarakat bahwa sekeliling benteng terdapat parit, sisa parit masih dapat dilihat dibawah jembatan depan gerbang sebelah barat .
Jembatan,
Pada masa awal Benteng Vredeburg dibangun, antar daerah dalam benteng dengan luar benteng dihubungkan dengan jembatan (jembatan angkat ). Menurut rencana awal benteng dibangun dengan konsep simetris, sehingga dengan demikian jembatan yang dibuat berjumlah empat buah yaitu menghadap keempat penjuru (barat, selatan, timur, dan utara). Tetapi berdasarkan data yang ditemukan, bekas-bekas jembatan hanya dapat dijumpai utara tidak ditemukan. Hal ini dapat saja terjadi dalam proses pembangunan yang telah dibuat dalam konsep awal bangunan benteng, di sisi utara dipandang sudah aman sehingga untuk jembatan sebelah utara benteng dipandang sudah tidak perlu.
Untuk saat ini jembatan yang masih dapat dilihat adalah jembatan yang telah mengalami perkembangan kemudian. Hal itu terjadi seiring dengan perkembangan teknologi khususnya kendaraan perang. Sehingga jembatan yang tadinya berupa jembatan gantung, sudah tidak mungkin lagi mampu menopang kendaraan perang yang keluar masuk benteng.
Tembok (Benteng), Lapisan pertahanan sesudah parit adalah tembok (benteng) yang mengelilingi komplek benteng Vrederburg. Di sisi tembok sebelah dalam juga dibuat anjungan, sehingga praktis tembok (benteng) ini dapat berfungsi sebagai tempat pertahanan, pengintaian, penempatan meriam-meriam kecil maupun senjata tangan. Dengan begitu jarak pandang pengintaian maupun jarak tembak akan lebih leluasa.
Saat sekarang sebagian anjungan (sebelah timur sebagian, sebelah barat dan sebelah selatan) masih dapat dilihat. Juga relung-relung di atas tembok (benteng) sebagai tempat meriam maupun senjata tangan lainnya. Pembongkaran anjungan ini diperkirakan karena perkembangan situasi dimana keamanan telah lebih terjamin, sehingga anjungan dipandang sudah tidak diperlukan lagi.
Pintu Gerbang Barat, Pintu gerbang sebagai sarana (jalan) keluar ataupun masuk komplek benteng. Mengingat konsep awal bahwa benteng dibangun dengan konsep simetris maka pintu gerbang yang ada berjumlah empat buah (selatan, timur, utara, dan barat ). Tetapi karena proses pembangunan benteng itu sendiri memakan waktu yang amat panjang, sehingga sangat dimungkinkan konsep awal tersebut berubah karena situasi keamanan yang mengharuskan pintu gerbang yaitu sebelah barat, timur dan selatan. Di sebelah selatan hanya dibuat kecil dan lebih tepat kalau disebut terowongan. Sehingga arus keluar masuk penghuni benteng melewati pintu gerbang barat dan timur saja.
Bangunan-Bangunan di Bagian Tengah, Di dalam komplek Benteng Vredeburg bangunan-bangunan yang ada berupa bangsal-bangsal. Semula bangsal-bangsal tersebut berfungsi sebagai barak para prajurit maupun perwira. Akan tetapi dalam perkembagan selanjutnya sejalan dengan perkembangan fungsi bangunan yang bukan lagi sebagai tempat pertahanan melainkan sebagai tangsi militer, bangunan tersebut lebih tepat disebut sebagai tempat tinggal. Hal itu dapat dilihat dari dibangunnya bangunan-bangunan baru.
Di antara bangunan-bangunan yang ada juga masih dapat terlihat adanya lapangan di dalam komplek Benteng Vredeburg yang relatif luas.
Semula lapangan tersebut dimungkinkan untuk tempat persiapan militer, latihan maupun upacara-upacara militer lainnya. Setelah Benteng Vredeburg fungsi sebagai tangsi militer yang dimungkinkan prajurit akan membawa keluarganya, maka lpagan tersebut beralih fungsi sebagai halaman dan tempat bermain saja.
Hal itu juga berlaku dengan anjungan di sisi selatan, barat dan timur sebagian. Yang semula dibangun sebagai sarana pendukung pertahanan untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi.

SEKARANG, Setelah Indonesia meredeka, pemerintah Indonesia mengubah benteng Vredeburg menjadi sebuah museum yang menceritakan  perjuangan bangsa Indosnesia dalam merintis, merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari tangan imperialisme. Banyaknya tokoh nasional dan peristiwa bersejarah  yang terjadi di kota gudeg ini sehingga sangat tepat bila museum tersebut diabadikan dalam diorama.
Diorama dalam benteng Vredeburg terbagi menjadi tiga ruang pameran. Kemudian dibagi lagi berdasarkan urutan urutan sejarah berdirinya Negara Republik Indonesia dari merintis hingga mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Jika diantara kita pernah berkunjung ke benteng Vredeburg, maka akan melihat ruang pameran diorama pertama,  dimana dalam ruang itu adalah konggres Budi Utomo  yang pertama pada tanggal 3 – 5 Oktober 1908, di Jl. A.M. Sangaji yogyakarta yang dipimpin lansung oleh Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Masih dalam raungan yang sama, terdapat dimana KH. Ahmad Dahlan sedang menyampaikan gagasan berdirinya orgaisasi Muhamadiyah  di Yogyakarta pada tanggal 12 November 1912, Kemudian disusul dengan berdirinya taman siswa pada tangga 3 Juli 1922 yang di pelopori oleh Kihajar Dewantara. Peran perempuan Indonesia pun tak luput untuk ditampilkan dalam diorama konggres perempuan Indonesia I pada tanggal 22-25 Desember 1928.
Bergerak ke ruang pameran diorama kedua,  disana diceritakan tentang heroic sepanjang tahun 1945 yang merupakan tahun bersejarah bagi kemerdekaan Indonesia. Dimulai dari rapat dukungan proklamasi yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX di gedung Wilis, Kepatihan Yogyakarta pada tanggal 19 Agustus 1945, juga penurunan bendera himanoru dan pengibaran bendera merah putih di gedung okan Kantai, hingga konggres pemuda di alun alun utara dan balai Mataram.
Pada diorama ketiga, nasionalisme lebih di tonjolkan dalam bentuk perjuangan phisik daalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang menarik perhatian adalah agresi militer Belanda II pada Desember 1948, dimana saat itu Belanda menyerang kota Yogyakarta dan lapangan terbang Maguwo. Rakyat kemudian melakukan perlawanan yang dipimpin oleh Panglima besar Sudirman. Dengan taktik gerilya yang dilakukan oleh panglima Sudirman, belanda pun kewalahan  dan kemerdekaan pun dapat dipertahankan.
Melalui diorama inilah sejarah nasionalisme bangsa Indonesia tersaji. Diorama ini juga menjadi sebuah cerita bagaimana rakyat Indoensia ingin merdeka dari belenggu penjajahan.Mereka tak ingin gererasi dan anak cucunya kelak bernasib sama dengan mereka.

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Daerah istimewa yogyakarta atau yang lebih dikenal dengan nama jogja,merupakan kota yang terkenal dengan sejarah dan warisan budayanya.
Yogyakarta merupakan pusat kerajaan mataram,dan sampai saat ini masih ada keraton yang masih berfungsi dalam arti sesungguhnya.jogja juga memiliki banyak candi yang berusia ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan besar zaman dahulu,salah satunya adalah candi borobudur yang dibangun pada abad ke 9 olehdinasti syailendra,sedangkan arsitek dari candi tersebut adalah gunadharma.
Pegunungan,pantai-pantai,hamparan sawah yang hijau dan udara yang sejuk menghiasi keindahan kota jogja.masyarakat jogja hidup dengan damai dan mempunyai keramahan yang khaas.coba kita berkeliling desa,kita pasti akan mendapat senyuman dansapaan yang hangat dari para penduduk sekitar.
Suasana seni yang begitu terasa di jogja.malioboro yang merupakan urat nadi jogja dibanjiri barang-barang kerajinana dari segenap penjuru.para pengayuh becakpun siap mengantarkan kita mengelilingi tempat-tempat pariwisata.
Tak ayal bila kota jogja sangat terkenal dan merupakan salah satu tujuan utama para wisatawan mancanegara,untuk berlibur dan mengabiskan sisa waktu istirahatnya di jogja.

B. Tujuan Kunjungan
Tujuannya adalah untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang tidak diajarkan di sekolah,mengetahui tempat-tempat wisata yang ada di jogja, dan dapat mengetahui seluk beluk tempat-tempat wisata yang ada di jogja.

C. Manfaat Kunjungan
Manfaat dari kunjungan ke jogja sangat banyak antara lain  :
1.      menambah ilmu pengetahuan, wawasan yang umum dan luas.
2.      mengenal tempat-tempat wisata di jogja yang indah dan dipelihara di Indonesia.
3.      mengetahui asal usul dari tempat-tempat wisata di jogja.
4.      mempererat keakraban dengan teman satu sekolah.
5.      kebersamaan yang sangat erat dan kerjasama antar kelompok.

drama bahasa jawa


Dewi angin-angin dan Gludhug  1.      Gludhug = Chandra
2.      Dewi angin-angin = Ina
3.      Papi = Septi
4.      Mami = Selly
5.      Selir = Eka
6.      Lintang= Hesti
7.      Melir = Hanifa
8.      Anyelir = Latifah
 Gludhuk lungo.Neng tengah ndalan wonge wiruh wong wedok sing lagi keloro loro ing tengah alas. Neng tengah-tengah ndalan dhewekke ndelok wong wedhok sing lagi loro ning tengah alas.
 Dewi angin-angin             : “aduuuuh, ah ahhh aduuuh.” (mbureni gludhug)Gludhug                            : (ndemok pundak) “keneng opo koe ?”Dewi angin-angin             : “sikilku loro. Huhuhu.”Gludhug                            : “MasyaAllah”Dewi angin-angin             : “opo? kaget ndhelok tatuku?”Gludhug                            : “uduk tatumu tapi rupamu.”Dewi angina-angin           : ”Bukane rupamu yo elek?”Gludhug                             : ”Oh iyo yo, berarti awak dhewe podo le elek yo. Tos yok!”
Dewi angin-angin             : “Tos mu ah. tatuku pie?”Gludhug                            : (idu neng tangane) “Cuuuh,cuih.”Dewi angin-angin             : “koe lagi ngopo?”Gludhug                            : “Uwis, meneng ndisik.” (ngelapi keloro tanganne  mau nengtatu ne dewi angin angin). Dewi angin-angin             : “Waaaah, mari, matur nuwun. Jeneng mu sopo?”Gludhug                            : ”Jeneng ku gludhug. Kowe? Lagi ngpo kowe kok dewekan ning alas?”Dewi angin-angin              : ”jenengku Dewi Angin-angin. Aku diusir karo wongtuwoku. Wongtuwoku isin nduwe anak elek. Mulakno amarga kuwi dheweke isin lan ngusir aku.”Gludhug                             : ”Wah, nasibe awakdewe ra bedo . Jadian wae yuuuk?”
Dewi angin-agin                : “Ayoook yoook.” Dino ganti dino di lakoni dewi angin-angin lan gludhug. Munggah gunung, nglewati lembah, nyebrangi kali . Lan akhire ndhewekke ndelok guwo sing isine emas ning njerone. Gludhug                           : ”Waw, blereng men.”Dewi angin-angin             : “opo kui yank? Kok blereng banget.”Gludhug                           : “Coba awakdewe mlebu  yok yank.”Dewi angin-angin             : “Yuuuk, capcus.”Gludhug                           : “Waaah, that’s hot emas kabeh.” (kagum)Dewi angin-angin             : “Hot yow. Apik men.”Gludhug                     : ”Panggon iki kayak e ora ono sing ngenggoni. Kepiye nek awakdewe manggon  ning kene.”Dewi angin-angin             : “dadi awakdewe ngomah ning kene? Ok braaay.”Gludhug                           : “Yoyoi.” Nganggo emas kuwi Gludhug nggawe Istana emas. Gludug urip seneng karo dewi angin angin. Akhire kabeh uwong ngerteni gludug dadi wong sugih kejaba Bledeg.Sawetara kuwi ning istana lagi pada  keserang penyakit panu sing ora iso di tambani karo sapa wae. Pipi                                 : ”Mi, awakdewe tibo mlarat nganggo ngobati panu Pipi.”Mimi                               : ”Iyo pi, nek Mimi nikah meneh kepye ?”Pipi                                 : ”Opo? (nyanyi) buka hatimuuuu, bukalah sedikit untukkuuu...”Mimi                               : ”Hahaha, mimi mek omong tok kok pi.”Pipi                                 : ”Alhamdulilah wasyukurilah bersyukur padaMu ya Allah (nyanyi)
 Nang kamar e bledheg Lintang                           : ”Hah, kepiye iki, aku wis ra nduwe konco meneh..”Selir,Melir,Anyelir       : ”Maksude Ndor?”Lintang                           : ”ndor?”Melir                           : ”Ndoro Ayu. Hehehe.”Lintang                      : ”kabeh podho ninggalke aku gara-gara aku wis ra nduwe duit. Bayangke kepiye nek kwe dadi aku. Ha?!”Anyelir                           : ”Ra nudeng ndor. Hehe”Selir                          : ”Kepiye nek pangeran teko neng si elek kae?”Lintang                           : ”Ngopo?”Melir                           : ”Ngopo Sel?” (takon nang arahe Selir)Selir                           : ”Kanggo ngrebut kasugihan Gludhug la kok. Kepiye ?”Lintang                          : ”Ha? Bener kuwi yo. ning opo dheweke gelem nrimo aku meneh.”Melir                           : ”Iyo yo. Hmmm.”Anyelir                           : ”ngene wae, awakdewe rono njaluk ngapuro. Trus awakdewe apik apikke ndisik, bar kuwi awakdewe beraksi.”Lintang                          : ”Wah, ide brilian.”anyelir                          : ”opo kwi ide berlian?”Selir                           : ”dudu berlian tapi brilian jem.” Trus bledeg lan ke-telu pengawale mlaku ning kamar raja Lintang                          : ”Aku arep lungo, ora betah dadi uwong mlarat.”mimi                                : ”Ya Allah, kowe tego karo awakdewe .”Lintang                           : ”IDL alias itumah derita lu , nek ning kene terus aku bakal ketularan pipi.”Pipi                                 : (kukur kukur). ”Lihat aku disini, kau lukai hati dan perasaan ini,hingga....”Lintang                          : ”Halah, nyanyi wae isone. Duit ra tau ngekei.. Wasalamualaikum, ayo lirlirlir.lungo.”Selir,melir,Anyelir            : ”siaaap bossss.” Banjur, lungo nemoni gludhug
 Lintang                          : ”Adikuuu, kangen deh ama kamyu.”Gludhug                           : ”Aku yo kangen kowe-kowe pada. Ngopo yu mrene? pie keadaan e Mimi Pipi?”Lintang                           : ”Ah mumet, awakdewe  melarat. Pipi panuan meneh. opo betah?!”melir                          : “Betul betul betul.“Selir                          : “Hussst meneh ah.“Dewi angin-angin            : “gelem digawekke kopi?“Lintang                           : “kui babu Loh?!“Gludhug                          : “uduk, kae kekasih ku sing paling tak tresnani. Hooh to yank?“Dewi angin-angin           : “hooh, awakdewe tresno marang siji lan sijine.“Anyelir                           : “elek ro elek yo dadi elek kuadrat....hahahahahaSelir                         : “meneng! Inget misi kita.“Gludhug                           : “nek kowe-kowe do gelem, oleh mapan neng kene kok.“ Sawise beberapa minggu manggon bebarengan, niat eleke Lintang teko. Lintang                         : (mlayu ngoyak Gludhug karo nggowo lading) ”aku arep mateni kowe. Huahahahaha.”Dewi angin-angin             : ”emooooohhhh!”Selir,Melir,Anyelir            : (nggocekki dewi angin-angin)Selir                           : “wes to meneng o dilit, sedilit meneh pacarmu is dead.”Melir                         : “tapi mesakke yoan,dadi ra tega.”Anyelir                            :hooh eh rupane we muelas tenan ngene Pas arep nusuk Gludhug, bledheg kepleset terus tibo saingga lading sing digowo nancep neng dadane dewe.
 Bledheg                           : (karo ambegan menggeh-menghge) “Argh, sial, kutukupret. Enteni aku ning suarga .“Selir,Melir,Anyelir            : (ngiculke gocekkane saka dewi angin-angin) “Ndoro Ayu!“Dewi angin&Gludhug      : “inalilahi wa inalilahi roji’uun.“Gludhug                            : “Ayo awakdewe ning istana mimi pipi marekke panune panu pipi“(narik tangan e dewi angin-angin)Selir                           : “angsal mboten kula ndherek marang panjenengan tuan?Melir                            : “aku hooh. Melu yo dhug melu yaaa?“Anyelir                           : weee aku yo melu noo, mosok ditinggal deweDewi angin-angin             : “okelah lah.“ Neng tengah-tengah ndalan arep neng istana Pipi Dewi angin-angin             : ”Wah, witwitan opo kui? ngopo sinare  indah banget, menyilaukan mata men.”Melir                           : ”Wah, gek-gek berlian.”Selir                          : “Bego, cetho kui tanduran kok.“Anyelir                          : “Ya, wes nggowo wae ning Istana . sopo reti kui  itu obat panu nggo pipi,” Sak tekane ing Istana Mimi                               : ”jelek ku, bali juga kowe.”Pipi                                 : ”arep ngopo koe mrene meneh?wes entuk babu anyar? Arep pamer? Hheee? (noleh neng arahe dewi angin-angin)Dewi angin-angin             : ”nyuwunsewu pipi, kula niki kekasihnya, dede babu.”Gludhug                           : ”awakdewe mrene pingin pipi cepet mari, iki tak gawakke tanduran obat khusus kanggo panu pipi.”Selir,melir,anyelir           : ”that’s right baginda.”Pipi                                 : ”pokoke lungo kono. ”Mimi                               : ” Dicoba sikek lah pi, sopo reti panu mu iso ilang.”Pipi                                 : (ngoleske tanduran kui ning awakke, langsung mari) ”wah, aku ganteng meneh . Hahaha.Kabeh                              : ”Alhamdulilah”Pipi                                 : ”nuwun anakku, senajan koe elek tapi kowe apiakkan lan ora sombong. Ra koyo pipimu iki , dingapura pipimu iki le.”Gludhug                           : (salaman ro pipi) ”aku trenyuh pi.”  Akhir e kabeh padha kumpul dadi keluarga sing sakinah, mawadah lan warohmah =)